Mahasiswa Butuh Healing: Fakta Tentang Kesehatan Mental di Dunia Kampus

Istilah “healing” kini sering muncul di kalangan mahasiswa. Mulai dari unggahan di media sosial hingga obrolan santai di kantin, banyak yang mengaku butuh healing karena stres kuliah. Namun di balik tren ini, tersimpan isu serius tentang kesehatan mental mahasiswa yang masih sering diabaikan oleh banyak pihak.

Apakah healing benar-benar solusi, atau sekadar bentuk pelarian sesaat?


Tekanan Hidup Mahasiswa yang Semakin Berat

Menjadi mahasiswa di era modern bukan hal mudah. Selain beban akademik yang tinggi, mahasiswa juga harus menghadapi:

  • Tekanan ekonomi dan biaya hidup yang meningkat
  • Tuntutan sosial dan ekspektasi orang tua
  • Tantangan hubungan personal dan pertemanan
  • Kekhawatiran masa depan dan dunia kerja

Semua faktor tersebut dapat memicu stres, cemas, bahkan depresi jika tidak ditangani dengan baik.
Tak heran, banyak mahasiswa merasa jenuh dan mencari “healing” sebagai bentuk melepaskan beban sementara.


Healing: Antara Tren dan Kebutuhan Nyata

Healing tidak selalu berarti pergi liburan ke pantai atau gunung. Makna healing sejati adalah memulihkan diri — baik secara fisik, mental, maupun emosional.

Namun sayangnya, di media sosial istilah ini sering disalahartikan. Banyak mahasiswa menganggap healing sebagai ajang pelarian sementara, bukan proses penyembuhan yang sesungguhnya.

Padahal, healing yang efektif tidak selalu butuh uang banyak. Bisa dengan:

  • Tidur cukup dan menjaga pola makan
  • Menulis jurnal perasaan
  • Berjalan santai di taman
  • Berkumpul dengan teman positif
  • Berkonsultasi dengan konselor kampus

Data Kesehatan Mental Mahasiswa di Indonesia

Menurut data dari Kementerian Kesehatan dan beberapa survei kampus di Indonesia:

  • 1 dari 4 mahasiswa mengalami gejala depresi ringan hingga sedang
  • 30% merasa kesepian dan tidak punya teman curhat
  • Hanya 10% yang benar-benar mencari bantuan profesional

Angka ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan dukungan kesehatan mental di kampus masih sangat tinggi, namun belum diimbangi dengan layanan yang memadai.


Kampus Perlu Turut Ambil Bagian

Pihak kampus memiliki peran penting dalam menjaga kesejahteraan mental mahasiswa. Langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Membuka layanan konseling psikologi kampus secara gratis
  • Mengadakan kelas manajemen stres dan motivasi hidup sehat
  • Membangun budaya kampus yang lebih suportif, bukan kompetitif
  • Melatih dosen dan staf untuk lebih peka terhadap tanda-tanda gangguan mental mahasiswa

Dengan langkah-langkah ini, kampus dapat menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, aman, dan peduli terhadap kesejahteraan mahasiswa.


Kesimpulan

Healing bukan sekadar liburan, tetapi sebuah kebutuhan emosional dan psikologis yang penting bagi mahasiswa. Dunia kampus seharusnya tidak hanya mencetak sarjana pintar, tetapi juga individu yang sehat secara mental dan bahagia menjalani proses belajarnya.

Mulailah dari hal kecil: dengarkan diri sendiri, kurangi tekanan yang tidak perlu, dan jangan ragu mencari bantuan jika merasa lelah.
Karena kesehatan mental adalah pondasi dari kesuksesan akademik dan kehidupan.