- by sonedu
- 0
- Posted on
Ekonomi Digital di Mata Mahasiswa: Peluang Karier atau Ancaman Profesi Lama?
Perkembangan teknologi digital telah mengubah wajah perekonomian dunia. Di Indonesia sendiri, ekonomi digital tumbuh pesat melalui platform e-commerce, fintech, edutech, hingga gig economy. Tapi bagaimana sebenarnya mahasiswa memandang fenomena ini? Apakah sebagai peluang karier masa depan, atau justru sebagai ancaman bagi profesi konvensional?
Mahasiswa sebagai Generasi Digital Native
Mahasiswa hari ini adalah generasi yang tumbuh bersama internet. Mereka akrab dengan dunia digital, mulai dari belajar online, bisnis daring, hingga aktivitas sehari-hari yang tak lepas dari gadget. Oleh karena itu, respon mahasiswa terhadap ekonomi digital cenderung adaptif dan progresif.
Namun, bukan berarti mereka tak punya kekhawatiran. Banyak mahasiswa yang menyadari bahwa dunia kerja kini tak lagi sama. Profesi seperti kasir, operator telepon, hingga akuntan manual semakin tergeser oleh teknologi otomatisasi dan kecerdasan buatan.
Peluang Karier Baru: Lebih Luas, Lebih Fleksibel
Di sisi lain, ekonomi digital membuka peluang karier yang sebelumnya tak terpikirkan. Beberapa contoh karier yang kini populer di kalangan mahasiswa antara lain:
- Content creator & influencer
- Freelancer desain, penulisan, coding
- Affiliate marketer dan dropshipper
- Digital marketing specialist
- UI/UX designer dan product manager
Tak sedikit mahasiswa yang mulai menghasilkan uang sejak kuliah dengan memanfaatkan platform digital. Ini menunjukkan bahwa ekonomi digital bisa menjadi jalan karier yang menjanjikan dan tidak harus menunggu gelar sarjana.
Kekhawatiran Akan Profesi Lama yang Tergusur
Meski membuka peluang, ada kekhawatiran nyata bahwa beberapa profesi akan hilang atau mengalami perubahan besar. Mahasiswa jurusan-jurusan tradisional seperti hukum, ekonomi, dan administrasi mulai mempertanyakan relevansi ilmu mereka dalam dunia yang serba otomatis.
Selain itu, kesenjangan digital juga menjadi masalah. Mahasiswa yang tidak memiliki akses memadai ke perangkat, internet, atau literasi digital berpotensi tertinggal dalam kompetisi kerja di masa depan.
Pentingnya Adaptasi dan Relevansi Kurikulum
Kampus dan institusi pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam menyikapi fenomena ini. Kurikulum perlu menyesuaikan dengan kebutuhan industri digital, misalnya dengan:
- Menambahkan mata kuliah teknologi dan kewirausahaan digital
- Mendorong praktik kerja nyata di startup atau platform digital
- Melatih soft skill seperti komunikasi digital, analisis data, dan kreativitas
Mahasiswa juga harus proaktif dalam menambah skill baru di luar kurikulum. Platform seperti Coursera, Google Digital Garage, hingga pelatihan dari pemerintah kini sangat mudah diakses.
Masa Depan Ekonomi Digital: Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Alih-alih melihat teknologi sebagai ancaman, mahasiswa perlu memandangnya sebagai alat bantu untuk berinovasi. Profesi lama tak akan hilang begitu saja, tapi akan mengalami transformasi. Guru tetap dibutuhkan, tapi dengan metode e-learning. Jurnalis tetap penting, tapi harus bisa bekerja dengan SEO dan media sosial.
Kunci keberhasilan ada pada kemampuan adaptasi, kolaborasi lintas bidang, dan semangat belajar seumur hidup.
Kesimpulan
Ekonomi digital memang membawa perubahan besar, tetapi juga peluang yang luar biasa. Mahasiswa berada di posisi strategis untuk memimpin perubahan ini. Dengan bekal literasi digital, kreativitas, dan semangat belajar, generasi muda bisa menjadi pelaku utama dalam ekonomi masa depan yang inklusif, fleksibel, dan berbasis teknologi.
